Jumat, 20 Januari 2012

Akhirnya

Sejauh ini masih bertahan juga sudah terbilang kuat. Tiap waktu Ia tersiksa, stiap saat  Ia dianiaya. Selera makannya  hilang, badannya semakin kerontang. Bahkan satu waktu, saking tak tahannya dengan segala siksaan dan kepedihan, Ia memutuskan untuk gantung diri di Pohon Jengkol di belakang rumahnya. Untung saja saat itu, Mang Juha yang akan menyadap Nira, menemukannya. Ia gagal bunuh diri.

Waktu kewaktu terus berjalan. Kondisi fisiknya terus melemah. badannya semakin kurus saja. Di dalam kamar, sarang labalaba merayap-rayap di segenap penjuru. Bau tembok yang lembab, bau jamur, pesing dan bau badannya yang sekian lama tak terkena air, memburu berebut penciuman. Ia menangis histeris, tersedu. Kadang juga teratawa sendri, berteriak-teriak dan ngomong sendiri.

Kembali, seorang gadis dengan gaun pengantin putih, menjijing sebilah pedang. Digandeng seorang lelaki menghampirinya.

Cap! Pedang di tibaskan tepat ke jantungnya, dan lalu pergi bergandengan meninggalkan luka yang semakin mengaga di jantungnya, perih, pedih. Dan ia histeris, menjerit, menangis tersedu. Dengan sisa suaranya yang payah ia berucap.

"Enkau tega kasih! Kau begitu tega! Kamu telah ingkari janjin kita kasiiiiih!"

                                                                                             ***
Brug!
Pintu kamar di dobrak dari luar. Ibunya menjerit, lalu pingsan. Kaka perempuannya meratap pilu di kaki adik lelakinya yang menggantung diri dikamarnya.

Empat tahun menahan kepedihan batin Asep tak kuasa bertahan lebih lama. Ia tewas gantung diri dengan mendekap derita khianat cinta. Kekasih menikah dengan lelaki lain. Tanpa kabar tanpa bicara sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog