Lirih derit kakimu menyelinap di telinga malam. Di kejauhan.
Terbayang kakikaki kekar,
Wajah garang,
Dan hiruk pikuk isi perutmu
Karat menjalar di sekujur tubuh
Bila saja orok kan kutimang kau;
Sampai terlelap.
Seperti seorang bapa menimang menimang bayinya, selepas maghrib,
Dengan syair pujipujian nabi
Tapi Masih banyak persinggahan yang akan kau temui Kawan
Akan Masih banyak manusia – manusia kelauar masuk perutmu,
Aku tahu pasti, seperti halnya aku kau muak
Bersinggungan dengan mereka;
Kaum papa tak berdaya.
Yang saling aniaya.
Copet, pengamen, dan pedagan asongan
Pencari kerja di kota, pekerja yang di PHK
Pegawai rendah dan tentara pangkat rendah pula.
Menyatu dalam peluh keluh dan kesusahan
Berkelebat di antara dindingdinding malam.
Atau mungkin kau terlalu terbiasa
Untuk muak?
Aku mual sendir!
Kapan negeri ini memberi tumpangan yang lebih nyaman bagi kami
Kelas Ekonomi
Lengking peluit kepala stasiun mengusik dan mengusirmu terburu-buru
Kau harus lagi berlari
Berburu jarak dengan waktu
Derit kakimu merambat, memelas di telinga malam, buta
Rinduku biru lebam
Bersabarlah kawan
Kau bukan satu – satunya yang harus mengandalkan kesabaran, di negeri ini;
Jalani sisa hidup
Yang smakin menyesakan ini
udh aq follow gan follow back y http://grosirmurahkaosdistro.blogspot.com/
BalasHapus